Minggu, 28 Januari 2018

Minyak Zaitun? Apple Vinegar? Betadine Cair? Zayn Malik?

So, sebulan saya makek Verile Acne Gel yang bentuknya kayak pasta gigi dan nggak ada perubahan yang dahsyat. Well dia ampuh membuat jerawat breakout saya kering seketika, masalahnya jerawat yang saya alami sekarang adalah jerawat batu. Menggembung dari lapisan kulit paling bawah, susah pecah dan meradangnya mbooook lama sampe kerasa cenut2… (Seumur hidup baru kali ini ngalamin..)

Ikrar saya dalam hati, kalo sampe gini-gini aja, saya akan ganti ke yang lain. Malah beberapa jam yang lalu muncul lagi satu jerawat di dahi… Padahal dahi udah sembuh duluan dari 3 minggu lalu. Fix ini saya harus ganti… Mati dua tumbuh dua…

Barusan searching di internet, lalu ada Threat keren di Kaskus yang ngasih tips ngilangin jerawat dengan Extra Virgin Olive Oil. Minyak Zaitun yang biasanya dipake campuran salad orang-orang diet dan dijual rame-rame di supermarket,,, gampang toh nyarinya… 30 menit pertama mantengin itu threat, seneng bangeet… Oh God finally I find the way… But, just in one second, I got confused. Gimana nggak bingung, di forum yang sama, hanya beda threat, ada satu orang lagi yang bilang kalo dia malah jerawatan parah makek minyak zaitun. Dan di bawahnya, beberapa orang ikutan comment kalo setelah makek minyak zaitun, dia tumbuh jerawat bruntusan…

Gue beralih,, Ah jangan-jangan elu kali yang salah beli. Jangan-jangan itu minyak zaitun palsu dan elu belinya nggak bener. Lalu saya beralih ke Female daily. Dan sama! Di sini 50:50. Setengah orang cocok dengan olive oil dan udah makek sampe bertahun-tahun, sementara sisanya malah jerawatan merah-merah hanya dalam hitungan hari setelah makek.

Sabtu, 27 Januari 2018

Nggak Ngaca Kepikiran, Ngaca Malah Stres

I’ll be with you from dusk till dawn…
I’ll be with you from dusk till dawn…

*backsound

*Abaikan*

Saya mau nulis apa tadi…

Emang benar pesan dari seorang beauty blogger, (yang saya lupa namanya siapa karena habis ngunjungin blognya, terus ngacir gitu aja…), bahwa kalo lagi breakout, jangan temenan sama kaca. Kenapa? BIKIN STRESS!!

Ngerasain jerawat udah selama ini… (Cewek nggak pernah jerawatan, lalu breakout selama 1,5 bulan, dan rasanya kayak 2 tahun)… Sayang, kapan kamu mau sembuh? Iye maap-maap,,, nggak lagi-lagi deh nyoba-nyobain skincare biar wajah putih… Akan kubanggakan kau sebagaimana kamu dibuat sama Allah….

Verile satu pack udah mau abis…. Jerawat batu emang munculnya dari jaringan kulit paling bawah. Jadi mana mempan dipakein verile yang Cuma gerilya di permukaan kulit atas doank. Udah ditambah pake Masker Jerawat Sari Ayu juga, well makeknya baru 2 kali sih, itu pun jeda 3 hari sekali. Baru beli seminggu lalu -__- …. Makek baru seumur jagung, pengen langsung ada perubahan… weleh….

Jumat, 26 Januari 2018

Wajah Breakout Karena Biocos Derma Bright, dan Pelajaran Mulia Dibaliknya

Wajah break out bukan melulu soal ngurusin wajah yang mulai jerawatan, tapi juga harus kebal sama omongan temen yang tiada henti dan malah memakainya sebagai bahan guyonan…. -__-

Well, membuat wajah jerawatan memang murni salah saya? Kenapa? Soalnya saya nyoba-nyoba skincare setelah melihat orang lain cocok memakainya. Kenapa saya nyoba skincare baru itu? Bukan karena iseng juga. Tapi karena “Temen” yang mengomentari saya dengan, “Kamu kok item, sih? Perawatan dong… gajimu kan banyak…”

Dan saya yang bermental lemah. Mewek karena dikatain orang hitam, tidak menerima diri sendiri, lalu searching di internet skincare yang bikin kulit cerah. Apakah skincare tersebut abal-abal? Enggak! Saya juga pilih-pilih buat wajah saya. Saya memilih Biocos Derma Bright yang harganya mencapa 248 ribu per botolnya. Saya langsung membeli 2 botol sekaligus lengkap Antara night cream dan day creamnya. Produk unggulan dari Martha Tilaar ini emang berada di level ultimate. Cream termahal yang pernah saya beli. Padahal cream perawatan saya di dokter dulu Cuma 65ribu

Masih hangat dari kamera HP.
Penampakan Biocos Derma Bright Night and Day Cream
Isinya masih banyak karena hanya dipakai 3 minggu
Mungkin kalian yang nggak sengaja baca postingan ini dan membuang waktu hanya untuk membaca tulisan saya yang nggak guna ini, pernah melihat pipi saya ditumbuhi jerawat dengan subur sampai meradang merah. Padahal kulit saya bukan tipe yang jerawatan. Mentok2 muncul satu biji kalau mau haid.

Kamis, 18 Januari 2018

Feel Guitly, Hu Hu Hu....

Perasaan guilty hari ini dipersembahkan oleh perdebatan lumayan sengit tadi siang dengan rekan kerja di kantor… Hu hu…

Saya memang paling sensi kalo soal jobdish. Ketika ada orang yang mendapatkan tugas tidak sesuai dengan perannya, di situ rasanya bawaannya pengen nyemprot aja. Sama seperti kejadian tadi di kantor.

Berawal dari kemarin wakasek memberi saya tugas untuk mengetik daftar siswa sesuai dengan pembagian sesi ujian dan ruangannya. Sejak awal saya sudah menolaknya. Saya proktor ujian, kok bisa-bisanya ditugasi mengetik nama siswa untuk ditempel di depan pintu? Udah lagi itu pembagian sesi dan ruangannya malang-melintang, menyesuaikan jumlah laptop dan komputer sekolah. Jadi dalam satu kelas nggak urut gitu aja. Bisa nyampur-nyampur, dan nyari kombinasinya di kelas lain itu bikin mata kriyep-kriyep. Ditambah lagi pembagian siswanya difoto pake HP, dan dikirim via whatsapp… Emaaaak, plisss…

Staff kurikulum 2 orang masih kurang? Kemana mereka? Ada acara penting? Kalau gitu saya besok juga nggak masuk kerja karena ada acara penting, beresss….

Rabu, 17 Januari 2018

Beauty Vlogger : Mereka Sawo Matang, dan Mereka Cantik

Cheanuh
My favourite beauty vloger.... Sangat beda dari vloger lain...
(Foto : Instagram cheanuh)

Me      : Pengen posting blog, pengen mencurahkan isi hati…
Also me 34 seconds later : *keep scrolling Instagram without any purpose*

Mager hati ngalahin segalanya. Pengen posting dari berhari-hari lalu, dan nggak pernah terlaksana (entah untuk urusan apa saja).

So, abaikan ketidakjelasan di atas. Sesuai dengan pendahuluan di atas, dalam rangka mencurahkan isi hati, berarti ada setumpuk gagasan yang pengen saya sebar ke banyak orang. Spesial posting kali ini saya kasih judul, “Mereka Sawo Matang, dan Mereka Cantik”.

Mindset yang sudah saya pahami dari dulu, jadilah dirimu sendiri, syukuri dan nikmati fiturmu. I totally understand what is that mean. But, untuk benar-benar mengaplikasikannya ke diri sendiri, baru sekarang saya berani melakukannya. Dan itupun terjadi setelah ada insiden besar dalam hidup saya *sumpah ini alay*…. Insiden macam apa pula dan sebesar apa next akan saya ceritain… *ngga penting, oke fix bhay*

Jumat, 12 Januari 2018

Amalan Ibadah Diukur dari Shalat Kita


           Suatu hari di sore yang cerah, aku dan salah seorang temanku membeli makan di sebuah warung. Yah, maklum lah. Anak kos ya begini ini kalau mau makan, mesti hunting dulu ke warung-warung. Nah, alhamdulillah banget. Saat itu Allah mengarahkan kami berdua ke sebuah warung yang sangat so sweet. Tau kenapa aku bilang so sweet? Karena pemilik warung menyalakan radio ceramah seorang kiai. Jadi, selama pelanggannya makan, pemiliki warung juga menyuguhkan nutrisi buat hati.



         Aku ga ingat dengan pasti siapa Kiai yang sedang ceramah waktu itu. Cuma satu kesanku, ceramahnya terasa mencairkan suasana dan bahasanya komunikatif banget. Sesuai dengan linkupnya yakni lingkup kota Surabaya. So, dia memakai bahasa jawa dengan selingan krama inggil. Satu bagian dari ceramahyna yang ngena banget di hati adalah bahwasanya “Sholat merupakan indikator amal ibadah manusia”. Jika sholatnya bagus, tepat lima waktu, senantiasa jamaah, maka akan dianggap bagus pula lah amal ibadah yang lain. Tetapi, jika sholatnya tidak baik, bolong-bolong, apalagi ga pernah shalat, sebaik apapun amal ibadahnya, serajin apapun ia bersedekah, semua itu akan dianggap buruk sesuai dengan penilaian shalatnya.

          Kala itu, sang Kiai mencontohkan tema ceramah dengan cara pengecekan beras oleh para petani. Mungkin waktu itu pendengar yang hadir di ceramahnya kebanyakan adalah petani, makanya Beliau mencontohkannya seperti demikian. Dalam dunia pertanian, ketika petani panen beras dan akan menjualnya pada tengkulak, tengkulak pasti akan memeriksa beras tersebut terlebih dahulu. Mereka memeriksa beras tersebut dengan cara melubangi sedikit kantung beras, lalu melihat beras yang mengucur dari sana. Tidak mungkin mereka melihat bagaimana kondisi beras yang ada di dalam kantung dengan cara membuka semua segel kantung dan melihatnya satu per satu. Selain memakan banyak waktu, hal itu juga sangat melelahkan. Maka dari itu, cara membuat lubang kecil ada kantung dan melihat beras yang keluar dari sana adalah cara paling efektif.

          Tau bagaimana tengkulak menilainya? Jika beras yang mengucur dari lubang kecil itu putih dan bersih, maka tengkulak akan menganggap semua beras yang ada di dalam kantung itu demikian. Meski pada kenyataannya di dalam kantung itu tidak semua beras putih bersih seperti yang nampak di luar. Namun, jika beras yang keluar itu berbau tengik, berwarna coklat buram, maka tengkulak akan menganggap semua beras yang ada di dalam kantung itu buruk. Apa lagi yang dilakukan pada beras buruk? Ya, tentu dibuang.

          Sedikit beras yang keluar dari lubang tidak lain adalah perumpamaan dari shalat kita. Kita tahu bagaimana anggapan baik atau buruk sekantung beras tersebut adalah bergantung pada beras yang hanya segenggam itu. Demikian pulalah amalan ibadah kita. Seluruh amal kebajikan yang pernah kita lakukan di dunia kualitasnya bergantung dari kualitas shalat kita. Jika shalat kita baik, selalu berusaha untuk menunaikan tepat waktu dan berjamaah, maka akan baik pulalah amalan kita dinilai oleh Allah. Tanpa dihisab, semua amalan kita sudah lolos uji. Tetapi, beda ceritanya jika kita selalu menunda-nunda shalat, bolong-bolong, apalagi sampai tidak shalat sama sekali. Maka, seluruh amalan ibadah kita akan dinilai buruk seburuk amalan shalat kita. Sekalipun kita tidak pernah absen bersedekah, menjadi donatur tetap panti asuhan, berperilaku baik tiap waktu, dan lain sebagainya, semua itu tetap akan dianggap buruk. Naudzubillah~.....

          So, udah jelas kan sekarang betapa pentingnya menjaga kualitas shalat kita? Tidak ada gunanya kita menuruti rasa malas untuk pergi berjamaah ke mushalah sebelah rumah. Teguhkan hati untuk memperbaiki diri. Siapa lagi yang akan melawan rasa malas kita jika bukan kita sendiri?

          Ehm, aku jadi keinget ceramah ustadku di pesantren nih. Bahwasannya Rosulullah pernah bersabda, “Jika diberitahukan besarnya balasan shalat berjamaah kepada manusia, maka manusia akan rela pergi berjamaah meski harus dengan merangkak.”



artikel oleh : @ariek_chun